Hallo...

menghargai hak cipta sebagai usaha orang lain dalam berkarya berarti menghormati diri sendiri sebagai insan yang bijaksana

21 Juni, 2014

Air Ke Bumi

Sinar lampu bumi meredup
Segerombol awan kelabu merayap dinding angkasa
Menghamburkan air kebumi
Bermain-main api cetar menggetar...,
Meramaikan jagad alam bumi
Gaduh
Riuh...
Dingin-dingin sejuk menaungi
Musim hujan datang siap menguji
Entah Seberapa tangguh?
Apapun bisa terjadi
Menjadi pelajaran bagi hamba Allah yang mampu merenungi
Karena seharusnya tugas kita mensyukuri
Segala apa yang diberi dari-Nya
Bukankah Dia yang Maha Tahu apa yang terjadi
Hari ini dan esok nanti
Hanya kepada-Nya kita akan kembali.

Maghrib Bikin Aku Ngakak

Tepatnya tanggal 27 Mei 2014.....
Sepulang dari aktifitas disore itu kami menuju Pantai Pemandian Kartini Jepara




Mendengar azan magrib kami memutuskan pergi dari tempat ini untuk menuju masjid terdekat melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim.Selepasnya kami membeli bubur untuk dibawa pulang entah apa setelah ganti baju rumahan aku mengambil airwudhu dengan tergesa-gesa mengingat maghrib hampir habis karena jarum jam menunjukkan setengah tujuh kurang lima menit.
Dia masuk kamar ketika kuselesaikan tahiyat akhirku dan berdoa seperti biasa,ketika belum lama ku berdoa dia bertanya heran "Lha tadi di masjid ngapain kok baru sholat?..." Aku spontan tertawa menyadari sesuatu yang terjadi padaku.  "Semangat banget sholat maghribnya..." Ujarnya.

Tentang Mereka Yang Satu Untuk Kita

Tentang mereka yang akan dipilih, Tentang sosok mereka yang terus bergulir, Tentang siapa yang kita pilih sebagai mayoritas yang dihitung disana juga disini. Lalu pertanyaannya sejauh mana kita mampu mengoreksi gagasan mereka dari hulu hingga ke hilir, Inilah asas demokrasi yang dipilih. Secerdas apa kita mampu memilih. Seberapa banyak kita mampu menyaring acara perdebatan mereka lalu menilai untuk menjatuhkan mana yang lebih baik. Jadi bertanya kesempatan memilih ini pangkal kelemahan atau kelebihan. Rasa dilematis itu ada karena ada kekhawatiran jika nanti pilihan kita berujung pada kekecewaan. Padahal bingung bukan pilihan. Karena kita dituntut untuk memilih. Siapa lagi kalau bukan kita yang memilih untuk menunjuk seorang pemimpin.
Pemimpin kita nanti adalah cerminan dari kita yang jumlahnya sangat tidak sedikit.Dari berbagai suku dan agama juga dari tingkatan elemen masyarakat yang nota bene berbeda. Sebagai manusia yang berprinsip sudah pasti punya alasan kenapa memutuskan satu pilihan. Bukankah ada keyakinan yang berbicara namun jika keyakinan tak sanggup berbicara mengapa kita tak melihat siapa saja orang yang mengelilingi mereka.Jika kita tahu satu diantara mereka dikelilingi orang yang kita tahu baik secara agama dan individu mengapa kita tak memberi alasan menjatuhkan pada satu pilihan dengan tak lupa menakar kualitas dan kapabilitasnya. Bukankah kita tak ingin membeli kucing dalam karung? Lantas bila tak juga keputusan berpihak maka sebagai manusia yang berasas ketuhanan ada baiknya mintalah petunjuk kepada-Nya. Menyadari tantangan zaman yang terus bergolak menguji kekuatan iman kita.

01 Juni, 2014

Istana Harapan

Lukisan telah tertoreh semirip senja
Warna goresannya tak juga kunjung usai
Seolah rasaku yang tak pernah menghabisi
Jika malam tiba dengan segala gelapnya

Namun damai dalam gelap bisa kurasakan

Saat kau disisiku
Tak lelah mendekapku
Mencurahkan segala keingianmu
Seperti esok selalu ada buatmu

Dan harapan tercecer diatas sinaran

Yang berkemilau
Entah untuk berapa lama
Akupun berniat hati mengambil harapan itu
Menyalakan sinar dalam waktu lama

Aku mau memungutnya dan kusimpan

Akupun ingin kau membangunnya
Sebuah rumah istana harapan untuk kita
Tempat menaungi segala apa yang jadi keinginan kita
Barangkali Tuhan menitipkan amanah

Karena kita telah terlanjur jadi satu
Kau rajaku dan aku ratumu...
Semoga istiqomah dijalan-Nya